SUMENEP – Pusat Inkubator Wirausaha Sumenep (PIWS) atau yang sering dikenal dengan program Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep dalam mencetak 1000 wirausahawan muda, saat ini disoal.
Setelah beberapa waktu lalu pernah di demo sejumlah mahasiswa terkait perkembangan PIWS yang dinilai kurang mampu mengentaskan angka pengangguran di Sumenep, rupanya pengakuan mencengangkan kembali datang dari peserta inkubator sendiri.
Ali Fikri, contohnya, salah satu peserta PIWS alumni Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Pendidikan Guru Republik Indonesia (STKIP PGRI) Sumenep tahun 2017.
Ia menceritakan bagaimana perjalanannya pasca pelatihan yang diikutinya. Selama pelatihan dari PIWS dua tahun lalu sampai saat ini belum ada perkembangan usahanya.
“Awalnya sempat berjalan, saya sempat jualan pentol, tapi sekarang sudah tidak lagi,” terangnya, Jumat (11/10).
Sampai saat ini, kata Fikri, dirinya belum menemukan kejelasan bagaimana kedepan terkait pelatihan yang pernah diikutinya itu.
“Saya sempat nanyak juga sama yang lain, mereka sempat jalan juga, tapi karena sebagian alat yang ada di teman itu ada yang rusak, akhirnya mandek,” katanya.
Bahkan, alat bantuan yang diberikan PIWS kepada Fikri, belum jelas peruntukannya. Dirinya juga mengatakan, pelatihan itu tidak sesuai dengan apa yang diinginkannya dari awal.
“Awalnya kan saya daftar pelatihan lebah madu, tapi tidak tau kenapa kemudian saya dimasukkan di olahan daging,” ujarnya dengan nada kecewa.
Disinggung terkait adanya suntikan modal dari PIWS, dia mengaku sampai sekarang belum ada.
“Sempat ada tawaran modal dari panitia PIWS itu, tapi itu kita yang kerja keuntungannya dibagi berapa persen gitu, tapi sampai sekarang gak ada kejelasan lagi,” jelasnya.
Hingga saat ini, PIWS tidak melakukan monitoring kepada tiap-tiap peserta, Fikri mengaku, belum ada sama sekali sampai saat ini. Fikri sendiri, saat ini telah bekerja sebagai tukang pelitur sembari berharap PIWS lebih baik lagi.
“Ada tapi itu ke ketuanya, lama sudah, katanya monitoring gitu,” tandasnya.
Terpisah, Hairul Anwar, ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kabupaten Sumenep, mengatakan, peserta PIWS setelah lulus dari pelatihan harusnya dibimbing secara intensif untuk jadi pengusaha.
Kemudian, lanjut pengusaha muda ini, para peserta atau alumni PIWS yang sudah lulus seharusnya diberikan akses modal, akses pasar, dan proteksi.
“Kalau sekarang habis pelatihan selesai dilepas, mau jadi apa dia, ya tetap jadi pengangguran. Kan sama aja dengan di Balai Latihan Kerja (BLK). Mungkin jadi montir kalau di BLK, bukan jadi pengusaha tapi jadi pekerja,” terangnya.
Hairul mengibaratkan, peserta PIWS layaknya seorang bayi yang lahir tidak sempurna, agar bisa bertahan hidup, maka harus dimasukkan ke dalam inkubator dan diawasi secara intensif.
“Namanya inkubator itu harus begitu. Cuma tidak ada sinergi antara PIWS ini dengan dinas-dinas terkait,” pungkasnya.
Sekadar diketahui, salah satu program unggulan Pemkab Sumenep, yakni mencetak Wirausaha Muda. Program Bupati dan Wakil Bupati Sumenep, Busyro Karim dan Achmad Fauzi ini sebagai bentuk mengurangi angka pengangguran yang ditargetkan tuntas selama lima tahun memimpin kota Sumekar.
Reporter: Mahendra
Editor : Mahallil